Sabo Dam Penanggulangan Lahar Merapi

KODE : L1.SS.C17


Ilustrasi :

Sabo sendiri berasal dari bahasa Jepang, “sa” yang berarti pasir dan “bo” yang berarti pengendalian. Teknologi sabo ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970 sejak kedatangan Mr. Tomoaki Yokota, seorang tenaga ahli di bidang teknik sabo dari Jepang. Saat itu teknologi sabo  dipandang sebagai salah satu alternatif terbaik dalam rangka upaya penanggulangan bencana alam akibat erosi, aliran sedimen dan proses sedimentasi di Indonesia.

Sabo Dam merupakan terminologi umum untuk bangunan penahan, perlambatan dan penanggulangan aliran lahar di sepanjang sungai yang berpotensi terlanda lahar. Beberapa Sabo Dam seperti tanggul, cek dam dan konsolidasi dam telah dibangun di kawasan Gunungapi Merapi.

Sabo Dam is general term for structure that blocks, flattening or divert lahars flows along the river path that might be inundated by lahars. Several sabo dam structures such as existing dike, check dam and consolidation dame have been constructed around Merapi volcano.


Sabodam merupakan bangunan pengendali aliran debris atau lahar yang dibangun melintang pada  alur sungai. Prinsip kerja Bangunan Sabo adalah mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung dan mengalirkan material / pasir yang terbawa oleh aliran dan meloloskan air ke hilir.

Selama masa kejadian banjir lahar pasca erupsi Merapi tahun 2010, sebanyak 77 unit sabodam yang ada di sungai – sungai lahar Merapi mengalami kerusakan atau bahkan hanyut terbawa aliran lahar (Balai Besar Wilayah Sungai Serayu – Opak, 2011). Sebagian besar dugaan penyebab keruntuhan sabodam mengarah pada pondasinya yang memiliki konsep pondasi mengambang yaitu dibangun di dasar sungai tanpa pondasi yang mengikat ke dalam lapisan tanah keras dengan asumsi bahwa material dasar sungai daerah vulkanik yang didominasi pasir memiliki stabilitas dan daya dukung yang cukup baik sehingga cukup mampu mengikat bangunan untuk tetap pada posisi semula (tidak mengguling ataupun bergeser).

Sabodam dibangun dengan fungsi untuk mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung dan  mengalirkan sedimen. Tata letak pembangunan sabodam di daerah gunungapi dilakukan pada daerah
produksi sedimen sampai dengan daerah pengendapan sedimen. Di daerah tersebut batuan dasar alur sungai sudah tertimbun endapan hasil letusan gunungapi, sehingga letaknya cukup dalam. Untuk itu pondasi sabodam dibuat mengambang dengan anggapan bahwa batuan pada pondasi tersebut memiliki karakteristik yang cukup keras.

Sabodam ini dibangun secara seri artinya bangunan yang satu mendukung bangunan lainnya, dengan jarak tertentu yang disyaratkan agar sabodam stabil dan aman dari gerusan lokal (VSTC, 1985).  Pola pengendalian aliran lahar (sabodam) memiliki perbedaan fungsi pada daerah yang berbeda-beda. Daerah Gunungapi berdasarkan pengendalian lahar dibedakan menjadi empat macam yaitu :

  1. daerah pengendapan lahar,
  2. daerah transportasi lahar,
  3. daerah sumber material lahar,
  4.  daerah puncak gunung.

Jenis-jenis bangunan Sabodam yang ada di Gunungapi Merapi berjumlah 264 buah dengan tipe yang berbeda-beda. Tipe yang berada untuk daerah sumber material lahar adalah Sabodam, dam konsolidasi, dan tanggul pengarah.

Daerah transportasi lahar memiliki tipe bangunan Sabodam, dam konsolidasi, normalisasi sungai, dan tanggul banjir. Kantong lahar, dam konsolidasi, tanggul banjir, gronsil, dan normalisasi sungai berada pada daerah pengendapan lahar.

Ilustrasi penampang sabo dam. (Sumber : Ditjen SDA)

Source : Moh. Dedi Munir* , Djudi
Balai Sabo, Kementerian PU, Sopalan, Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta, 55282

Search

+