QR Code koleksi Museum Gunungapi Merapi

Museum Gunungapi Merapi – Mulai bulan Januari 2019 koleksi di Museum Gunungapi Merapi dilengkapi dengan fitur QR Code. Ini adalah fasilitas pendukung yang di sediakan oleh pengelola museum untuk koleksi yang ada di Museum Gunungapi Merapi agar pengunjung dapat lebih cepat dan nyaman dalam memperoleh informasi koleksi di Museum Gunungapi Merapi.

QR Code koleksi Museum Gunungapi Merapi terletak di setiap koleksi yang ada di museum baik di koleksi lantai 1 dan lantai 2. Tertempel di setiap pojok koleksi. Semua pengunjung dapat mengakses secara gratis untuk fasilitas tersebut.

Cara untuk menggunakan atau mengaksesnya adalah sebagai berikut :

  1. Arahkan kamera HP ke QR Code yang tertempel di setiap koleksi atau unduh aplikasi QR Reader di HP
  2. Scan tampilan QR Code yang tertempel di setiap koleksi museum
  3. QR Code akan megarahkan ke halaman website informasi

Jika sudah menscan QR Code dari koleksi akan secara otomatis terhubung atau masuk di Website resmi museum yang berisi informasi setiap koleksi Museum Gunungapi Merapi.

Pengadaan fasilitas QR Code koleksi museum di Museum Gunungapi Merapi sebagai salah satu wujud peningkatan kualitas museum yang didirikan selain sebagai tempat wisata juga sebagai wahana pendidikan yang dituntut untuk  mengikuti perkembangan zaman tanpa mengesampingkan fasilitas pemandu yang sudah dimiliki oleh museum.

Salam Sahabat Museum !

Museum Dihatiku !

[siteorigin_widget class=”WP_Widget_Media_Video”][/siteorigin_widget]

Koleksi Lantai 2

6 May 2015 Koleksi, Lantai 2
  • Meliputi display-display letusan Gunung Merapi, alat peraga Tsunami, serta ruang pemutaran film tentang kegunungapian.

Gaya-gaya Geologi

KODE : L2.SB.G1


Bentuk-bentuk permukaan bumi terbentuk lewat proses pembentukan dan perombakan permukaan bumi yang berlangsung cukup lama. Perubahan permukaan bumi terjadi oleh gaya geologi, yaitu gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi perubahan muka bumi baik bersifat membangun (konstruktif) maupun merusak (destruktif). Gaya-gaya tersebut dapat berasal dari dalam bumi (endogen) atau berasal dari luar bumi (eksogen) . Gaya geologi terdiri dari gaya endogen dan eksogen.

A. Gaya Endogen

Gaya endogen ialah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Gaya endogen dapat berasal dari beberapa aktifitas, antara lain tektonisme, vulkanisme dan seisme. Aktivitas tektonik adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng yang ada pada kerak bumi (lithosphere). Hasil dari tumbukan antar lempeng dapat menghasilkan gempa bumi, pembentukan pegunungan (orogenesa), dan aktivitas magmatis/aktivitas gunung api (volcanism).

1.Tenaga Tektonik

Tenaga tektonik (tektonisme) adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang mengakibatkan terjadinya pergeseran dan perubahan letak lapisan batuan, baik secara horizontal (gerak orogenetik) maupun secara vertikal (gerak epirogenetik).

a.Gerak Orogenetik (Orogenesa)

Yaitu pembentukkan gunung meliputi daerah yang sempit dan dalam waktu yang relatif singkat. Gerak itu dapat menimbulkan,

1) Lipatan

Gerakan tekanan horizontal menyebabkan lapisan kulit bumi yang elastis berkerut, melipat, dan menyebabkan relief-relief muka bumi berbentuk pegunungan. Contoh, pegunungan-pegunungan tua seperti pegunungan Ural. Lipatan ini terjadi pada zaman primer.

Proses Terjadinya Lipatan

Perhatikan gambar di bawah ini :

 

Gambar 2. Berbagai jenis lipatan
a. lipatan tegak d. lipatan menggantung
b. lipatan miring e. lipatan isoklin
c. lipatan rebah f. lipatan kelopakGambar 2. Berbagai jenis lipatan
a. lipatan tegak d. lipatan menggantung
b. lipatan miring e. lipatan isoklin
c. lipatan rebah f. lipatan kelopak

2). Patahan(sesar)

Gerakan tekanan horizontal dan vertikal menyebabkan lapisan kulit bumi yang rapuh menjadi retak atau patah. Misalnya, tanah turun (Slenk), tanah naik (Horst), dan fleksur. Macam-macam sesar badasarkan arah geraknya dibedakan menjadi :

a)Sesar naik dan sesar turun

Bidang patahan yang atap sesarnya bergeser turun terhadap alas sesar disebut sesar turun. Sedangkan yang atap sesarnya seakan-akan bergerak naik disebut sesar naik. Contoh sesar di Indonesia adalah sistem patahan di Bukit barisan (dari Sumatera Utara sampai teluk Semangko di Sumatera Selatan)

b)Graben atau Horst

Graben adalah sebuah jalur batuan yang terletak di antara dua bidang sesar yang hampir sejajar, sempit dan panjang.

c)Sesar mendatar

Sesar mendatar adalah sesar yang tegak lurus yang bergesar secara horisontal walaupun ada yang agak vertikal.

Jenis-jenis Patahan

b. Gerak Epirogenetik

Gerak naik atau turun dari permukaan bumi, meliputi daerah yang luas dan berlangsung lambat. Gerak epirogenetik dibedakan menjadi :

  1. Gerak Epirogenetik Positif, bila permukaan bumi turun atau seolah-olah permukaan air laut naik.
  2. Gerak Epirogenetik Negatif, bila permukaan bumi naik atau seolah-olah permukaan air laut turun.


2. Tenaga vulkanik

Tenaga Vulkanik (Vulkanisme) adalah proses pergeseran magma di dalam bumi. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Apabila penyusupan magma hanya sebatas kulit bumi bagian dalam maka dinamakan intrusi magma’, sedangkan apabila penyusupan magma sampai keluar ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma.

3. Seisme (Gempa Bumi)

Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Menurut proses terjadinya, gempa bumi diklasifikasikan menjadi seperti berikut :

(1) Gempa tektonik: terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik. Tumbukan ini akan menghasilkan getaran. Getaran ini yang merambat sampai ke permukaan bumi.

(2) Gempa vulkanik: terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung api menjelang letusan, pada saat letusan, dan beberapa saat setelah letusan.

Gambar letusan gunungapi

(3) Gempa runtuhan atau longsoran: terjadi akibat daerah kosong di bawah lahan mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar daerah yang runtuh.

 

B. Gaya Eksogen 

Gaya eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang terbentuk hasil tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi. Tenaga eksogen dibedakan menjadi 4 antara lain :

  1. Pelapukan

Pelapukan adalah proses pengrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen. Pelapukan di setiap daerah berbeda-beda tergantung unsur-unsur dari daerah tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja.

Pelapukan oleh air

Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Pelapukan fisik dan mekanik.

Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk maupun ukuranya.
Batuan yang besar menjadi kecil dan yang kecil menjadi halus. Pelapukan ini di sebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik.

Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:

  1. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
  2. Adapun pembekuan air di dalam batuan
  3. Berubahnya air garam menjadi kristal.
  4. Pelapukan organik

Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang.

  1. Pelapukan kimiawi

Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa pelarutan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst.

2.Pengikisan

Definisi pengikisan  atau erosi adalah proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga yang bergerak di atas permukaan bumi. Ditinjau dari pelaku yang mengikis batuan, pengikisan dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

  1. Pengikisan oleh air (yang mengalir). Pengikisan jenis ini berikutnya lebih tepat disebut erosi (erosion). Pengikisan oleh air yang mengalir ini juga sering disebut ablasi
  2. Pengikisan oleh gelombang laut. Pengikisan yang pelakunya berupa gelombang laut disebut abrasi.
  3. Pengikisan oleh angin. Pengikisan yan dilakukan oleh angin disebut deflasi (deflasion).
  4. Pengikisan oleh gletser. Pengikisan yang pelakuknya adalah gletsyer disebut eksarasi.

3. Pengendapan

Sebelum menjadi batuan sedimen, awalnya terjadi proses pengendapan yang kemudian akan mengalami suatu proses litifikasi membentuk batuan beku. Berikut beberapa cara pengendapannya :

  1. Pengendapan secara mekanik

Batuan sedimen hasil dari pembentukan secara mekanik dapat dibagi berdasarkan ukuran butir. Batuan ini terbentuk oleh batuan yang telah ada terlebih dahulu yang mengalami pelapukan, hancur lalu dibawa oleh air, angin, atau ombak dan diendapkan di tempat lain yang lebih rendah. Setelah itu mengalami proses diagenesis menjadi batuan yang kompak. Pengendapan dapat terjadi di mana-mana, baik di daratan (tepi rawa, danau), pantai, dan di bawah permukaan laut.

  1. Pengendapan secara kimiawi

Pembentukan endapan ini karena proses penguapan pada larutan, sehingga menjadi jenuh dan yang tertinggal hanya kandungan garam. Biasanya endapan ini tersusun dari kristal-kristal garam, misalnya garam dapur, gips, dan sebagainya. Tidak ditemukan fosil (bekas hewan atau tumbuhan) karena terbentuk pada air yang mempunyai konsentrasi tinggi sehingga tidak ada kehidupan.

  1. Pengendapan secara biologis (organik)

Batuan sedimen yang terbentuk oleh adanya organisme, baik berupa binatang ataupun tumbuhan.

Pengendapan yang membentuk batuan sedimen

4. Masswasting

Secara garis besar gerak masa batuan (Mass Movement) dapat diartikan sebagai perpindahan material batuan di permukaan bumi akibat gaya grafitasi yang dimiliki bumi. Perpindahan ini dapat terjadi dalam waktu yang singkat maupun waktu yang lama. Satu ciri yang dapat digunakan sebagai acuan bahwa bentuk lahan yang ada akibat adanya pergerakan masa batuan adalah tidak adanya sortasi/pemilahan material. Seluruh material baik kasar maupun halus akan tercampur aduk menjadi satu. Perpindahan Masa Batuan ini sendiri dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, antara lain :

a. Tipe Creep (Rayapan)

Rayapan merupakan gerak masa batuan yang sangat lambat, sehingga proses rayapannya hampir tak dapat diamati. Perpindahan Masa Batuan bertipe Creep ini hanya bisa diketahui dengan gejala-gejala seperti menjadi miringnya tiang listrik atau dengan melihat ketidakteraturan permukaan tanah. Jika dilihat dari kecepatannya maka tipe Creep ini memiliki kecepatan antara 1 mm hingga 10 m pertahun.

Gerak masa batuan tipe rayapan

b. Tipe Luncuran (Slides)

Tipe Luncuran ini lebih sering dikenal orang awam dengan bencana tanah lonsor. Gerakan masa batuan seperi inilah yang sering menimbulkan korban jiwa. Secara umum luncuran batuan dapat diartikan sebagai pepindahan material permukaan bumi menuruni lereng dengan cepat. Berdasarkan bidang luncurannya maka tipe pepindahan masa batuan ini dapat dibedakan menjadi transisional dan rotasional. Untuk luncuran yang memiliki bidang luncur lurus disebut dengan transitional slide, sedangkan luncuran yang memiliki bidang luncur melengkung disebut sebagai rotational slide contoh: Slump.

Gerak masa batuan tipe luncuran

c. Tipe Aliran

Gerak Masa Batuan tipe aliran ini dicirikan dengan adanya bidang geser (shear plan). Tipe aliran ini dapat dibedakan dengan rayapan dari batas yang tegar dan material yang terpindahkan. Menurut Vames (1978) aliran masa batuan dapat dibedakan menjadi aliran kering, suliflaction, aliran tanah, aliran debris, dan debris avelanche. Dari berbagai tipe tersebut tipe suliflaction adalah gerak masa batuan tipe aliran yang paling lambat bergerak. Hal ini terjadi karena lapisan tanah memiliki kejenuhan yang tinggi terhadap air. Tipe suliflaction dapat berlangsung pada medan dengan kemiringan hanya 1° dan dapat pula terjadi pada lingkungan periglasial.

d. Tipe Heave

Gerak masa batuan bertipe Heave ini terjadi karena adanya proses kembang kerut tanah. Tanah yang banyak mengandung lempung smectile biasa mengalami kembang kerut. Ketika tanah ini mengembang maka volume akan bertambah kearah tegak lurus bidang lereng. Oleh sebab itu akan terjadi desakan kearah lereng bawah. Tipe heave sendiri masih dapt dibagi menjadi rayapan tanah dan rayapan talus. Tipe heave ini dikendalikan oleh kuanitas kandungan tanah terhadp lempung jenis smectile atau illit dan relief mikro akibat adanya proses kembang kempis.

e. Tipe Jatuhan

Gerak masa batuan bertipe jatuhan ini dicirikan oleh pegerakan melalui udara. Pada umumnya fragmen batuanlah yang seolah terbang. Didalm kenyataannya sangat sulit menemui tip pergerakn masa batuan seperti ini. Suatupengecualian pada tebing sungai yang runtuh dan sering diistilahkan dengan bank calving.

f. Tipe Runtuhan (Subsidence)

Ciri utama dri pergerakan masa batuan ini adalah tak kuatnya lagi penopang batuan yang ada. Ketika penopang sudah tak kuat atau bahkan sudah hilang maka masa batuan diatasnya akan jatuh secara cepat yang disebut dengan runtuh.

sumber :

Endarto, danang . 2005 . Pengantar Geologi Dasar . Solo : UNS Press

http://museum.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=33&Itemid=29

Globes ( Bola dunia )

KODE : L2.SB.M1


Views of the Globe

 

Bola dunia adalah model bulat Bumi, dari beberapa benda langit lain, atau dari bola selestial. Globes melayani tujuan yang mirip dengan peta, tetapi tidak seperti peta, tidak mendistorsi permukaan yang mereka gambarkan kecuali untuk menurunkannya. Bola bumi disebut bola bumi. Dunia bola surgawi disebut bola langit.

Sebuah dunia menampilkan detail subjeknya. Dunia terestrial menunjukkan daratan dan badan air. Ini mungkin menunjukkan negara dan kota-kota terkemuka dan jaringan garis lintang dan garis bujur. Beberapa orang telah merasa lega untuk menunjukkan gunung. Sebuah bola langit menunjukkan bintang-bintang, dan mungkin juga menunjukkan posisi objek astronomi yang menonjol lainnya. Biasanya itu juga akan membagi bola selestial menjadi rasi bintang.

Kata “globe” berasal dari kata Latin globus, yang berarti “bola”. Globes memiliki sejarah panjang. Penyebutan dunia pertama yang diketahui adalah dari Strabo, menggambarkan Globe of Crates dari sekitar 150 SM. Dunia terestrial tertua yang masih hidup adalah Erdapfel, yang dikerjakan oleh Martin Behaim pada tahun 1492. Bola surgawi tertua yang masih ada berada di atas Atlas Farnese, yang diukir pada abad ke-2 Kekaisaran Romawi.

Lingkar Bumi cukup dekat dengan 40 juta meter. Banyak bola bumi dibuat dengan keliling satu meter, sehingga mereka adalah model Bumi dengan skala 1:40 juta. Dalam satuan imperial, banyak bola bumi dibuat dengan diameter satu kaki, menghasilkan keliling 3,14 kaki dan skala 1: 41.777.000. Globes ( bola dunia ) juga dibuat dalam berbagai ukuran lainnya.

Terkadang globe memiliki tekstur permukaan yang menunjukkan topografi; dalam hal ini, ketinggian dibesar-besarkan, jika tidak, mereka hampir tidak terlihat. Sebagian besar bola modern juga dicetak dengan paralel dan garis bujur, sehingga seseorang dapat mengetahui koordinat perkiraan tempat tertentu. Globes juga dapat menunjukkan batas negara dan nama mereka.

Banyak bola bumi terestrial memiliki satu fitur selestial yang ditandai pada mereka: sebuah diagram yang disebut analemma, yang menunjukkan gerakan nyata Matahari di langit selama setahun.

Globes umumnya menunjukkan utara di atas, tetapi banyak bola memungkinkan sumbu diputar sehingga bagian selatan dapat dilihat dengan mudah. Kemampuan ini juga memungkinkan menjelajahi bumi dari berbagai orientasi untuk membantu mengatasi bias utara yang disebabkan oleh presentasi peta konvensional.

Celestial
Celestial globes menunjukkan posisi nyata bintang di langit. Mereka menghilangkan Matahari, Bulan dan planet karena posisi badan-badan ini bervariasi relatif terhadap bintang-bintang, tetapi ekliptika, di mana Matahari bergerak, diindikasikan.

Sejarah
The sphericity Bumi didirikan oleh astronomi Yunani di abad ke-3 SM, dan bola bumi terestrial awal muncul dari periode itu. Contoh paling awal yang diketahui adalah yang dibangun oleh Peti Mallus di Cilicia (sekarang Çukurova di Turki modern), pada pertengahan abad ke-2 SM.

Tidak ada bola bumi dari Zaman Kuno atau Abad Pertengahan yang selamat. Contoh dari bola langit yang masih hidup adalah bagian dari patung Helenistik, yang disebut Atlas Farnese, yang bertahan hidup di abad ke-2 salinan Romawi di Museum Arkeologi Naples, Italia.

Dunia terestrial awal yang menggambarkan keseluruhan Dunia Lama dibangun di dunia Islam.  Menurut David Woodward, salah satu contohnya adalah dunia terestrial yang diperkenalkan ke Beijing oleh astronom Persia, Jamal ad-Din, pada 1267.

Dunia terestrial paling awal yang masih ada dibuat pada tahun 1492 oleh Martin Behaim (1459–1537) dengan bantuan dari pelukis Georg Glockendon.  Behaim adalah pembuat peta Jerman, navigator, dan pedagang. Bekerja di Nuremberg, Jerman, dia menyebut globe-nya sebagai “Nürnberg Terrestrial Globe.” Sekarang dikenal sebagai Erdapfel. Sebelum membangun dunia, Behaim telah bepergian secara ekstensif. Dia tinggal di Lisbon sejak 1480, mengembangkan minat komersial dan berbaur dengan para penjelajah dan ilmuwan. Pada 1485–1486, ia berlayar bersama penjelajah Portugis Diogo Cão ke pantai Afrika Barat. Dia mulai membangun globe setelah kembali ke Nurnberg pada tahun 1490.

Bola awal lainnya, Hunt – Lenox Globe, ca. 1510, dianggap sebagai sumber kalimat Hic Sunt Dracones, atau “Ini adalah naga”. Dunia berukuran grapefruit yang terbuat dari dua bagian telur burung unta ditemukan pada tahun 2012 dan diyakini berasal dari 1504. Mungkin ini adalah bola dunia tertua yang menunjukkan Dunia Baru. Stefaan Missine, yang menganalisis bola dunia untuk jurnal Washington Map Society, Portolan, mengatakan itu adalah “bagian dari koleksi Eropa yang penting selama beberapa dekade.”  Setelah satu tahun penelitian di mana dia berkonsultasi dengan banyak pakar, Missine menyimpulkan Hunt – Lenox. Globe adalah cast tembaga dari bola telur.

Sejarah Bumi

A globe is a spherical model of Earth, of some other celestial body, or of the celestial sphere. Globes serve similar purposes to maps, but unlike maps, do not distort the surface that they portray except to scale it down. A globe of Earth is called a terrestrial globe. A globe of the celestial sphere is called a celestial globe.

A globe shows details of its subject. A terrestrial globe shows land masses and water bodies. It might show nations and prominent cities and the network of latitude and longitude lines. Some have raised relief to show mountains. A celestial globe shows stars, and may also show positions of other prominent astronomical objects. Typically it will also divide the celestial sphere up into constellations.

The word “globe” comes from the Latin word globus, meaning “sphere”. Globes have a long history. The first known mention of a globe is from Strabo, describing the Globe of Crates from about 150 BC. The oldest surviving terrestrial globe is the Erdapfel, wrought by Martin Behaim in 1492. The oldest surviving celestial globe sits atop the Farnese Atlas, carved in the 2nd century Roman Empire.

The circumference of the Earth is quite close to 40 million metres. Many globes are made with a circumference of one metre, so they are models of the Earth at a scale of 1:40 million. In imperial units, many globes are made with a diameter of one foot, yielding a circumference of 3.14 feet and a scale of 1:41,777,000. Globes are also made in many other sizes.

Sometimes a globe has surface texture showing topography; in these, elevations are exaggerated, otherwise they would be hardly visible. Most modern globes are also imprinted with parallels and meridians, so that one can tell the approximate coordinates of a specific place. Globes may also show the boundaries of countries and their names.

Many terrestrial globes have one celestial feature marked on them: a diagram called the analemma, which shows the apparent motion of the Sun in the sky during a year.

Globes generally show north at the top, but many globes allow the axis to be swiveled so that southern portions can be viewed conveniently. This capability also permits exploring the earth from different orientations to help counter the north-up bias caused by conventional map presentation.

Celestial
Celestial globes show the apparent positions of the stars in the sky. They omit the Sun, Moon and planets because the positions of these bodies vary relative to those of the stars, but the ecliptic, along which the Sun moves, is indicated.

History
The sphericity of the Earth was established by Greek astronomy in the 3rd century BC, and the earliest terrestrial globe appeared from that period. The earliest known example is the one constructed by Crates of Mallus in Cilicia (now Çukurova in modern-day Turkey), in the mid-2nd century BC.

No terrestrial globes from Antiquity or the Middle Ages have survived. An example of a surviving celestial globe is part of a Hellenistic sculpture, called the Farnese Atlas, surviving in a 2nd-century AD Roman copy in the Naples Archaeological Museum, Italy.

Early terrestrial globes depicting the entirety of the Old World were constructed in the Islamic world. According to David Woodward, one such example was the terrestrial globe introduced to Beijing by the Persian astronomer, Jamal ad-Din, in 1267.

The earliest extant terrestrial globe was made in 1492 by Martin Behaim (1459–1537) with help from the painter Georg Glockendon.Behaim was a German mapmaker, navigator, and merchant. Working in Nuremberg, Germany, he called his globe the “Nürnberg Terrestrial Globe.” It is now known as the Erdapfel. Before constructing the globe, Behaim had traveled extensively. He sojourned in Lisbon from 1480, developing commercial interests and mingling with explorers and scientists. In 1485–1486, he sailed with Portuguese explorer Diogo Cão to the coast of West Africa. He began to construct his globe after his return to Nürnberg in 1490.

Another early globe, the Hunt–Lenox Globe, ca. 1510, is thought to be the source of the phrase Hic Sunt Dracones, or “Here be dragons”. A similar grapefruit-sized globe made from two halves of an ostrich egg was found in 2012 and is believed to date from 1504. It may be the oldest globe to show the New World. Stefaan Missine, who analyzed the globe for the Washington Map Society journal Portolan, said it was “part of an important European collection for decades.” After a year of research in which he consulted many experts, Missine concluded the Hunt–Lenox Globe was a copper cast of the egg globe.

 

Source : Wikipedia

Tsunami

KODE : L2.SU.TS


Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) adalah perpindahan badan air yang disebakan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500–1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.

geologigeografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai “gelombang laut seismik”.

Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.

Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.

Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam.

TERMINOLOGI :

‘Kata Tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti pelabuhan, dan Nami berarti gelombang. Tsunami sering terjadi di Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 196 tsunami telah terjadi.

Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.

Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan “pasang-surut” meliputi “kemiripan” atau “memiliki kesamaan karakter” dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.

Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamilië beuna atau alôn buluëk (menurut dialek) dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti “gelombang”. Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa Defayansmong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulaiemong berarti tsunami.

Penyebab terjadinya tsunami :

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung apigempa bumilongsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

Gempa yang menyebabkan tsunami

  • Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km)
  • Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
  • Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Sistem Peringatan Dini :

Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atau permukaan laut yang terhubung dengan satelit.

Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawaii pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.

Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.

Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.

Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia :

Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System – InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System – DSS).

Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.

Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Risiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.

CARA KERJA :

Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.

Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMKG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMKG (www.bmkg.go.id).

Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.

Source : Wikipedia

[FAG id=1907]

Tanah Longsor

KODE : L2.SB.TL


Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:

  • erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
  • lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
  • gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut
  • gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
  • getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
  • berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
Peraga 2 Dimensi Tanah Longsor
1 2

Search

+