PREKURSOR
PREKURSOR
Gunungapi sebelum erupsi, biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan fisika dan kimiawi yang bisa dirasakan dengan panca indera manusia atau hanya dapat dideteksi dengan instrumen yang sangat peka. Secara umum beberapa tanda-tanda tersebut adalah berubahnya warna asap menjadi semakin tebal dan pekat, meningkatnya jumlah gempa-gempa yang terekam oleh seismogram, berubahnya komposisi kimia gas atau air, meningkatnya derajat suhu kawah dan terjadinya deformasi tubuh gunungapi.
Prekursor adalah gejala awal sebelum erupsi. Gejala tersebut dimulai dari kedalaman dimana sumber magma segar berasal yang akan mendorong magma yang sudah lebih dulu mengisi kantong dan pipa saluran. Bertambahnya pasokan magma ini akan meningkatkan tekanan di dalam kantong magma dan pipa saluran kepundan yang dapat menyebabkan retaknya batuan di sekelilingnya. Naiknya magma ke atas akan menurunkan tekanan internal magma sebagai akibatnya gas vulkanik yang bersifat volatil akan lepas dan menambah tekanan ke batuan di sekelilingnya.
Naiknya tekanan ini mengakibatkan retakan batuan yang akan menjalarkan energi gelombang elastik yang disebut dengan gempa vulkanik. Jenis gempa ini yang biasanya hanya dapat dideteksi oleh seismom. Gempa vulkanik di Merapi dimulai pada kedalaman antara 2 sampai 5 km yang menandai awal peningkatan aktivitas vulkanik. Selanjutnya sumber gempa akan semakin dangkal hanya kurang 2 km di bawah puncak.
Proses berjalannya magma ke permukaan sebelum terjadinya suatu erupsi menimbulkan getaran yang menyebabkan terjadinya yang biasa disebut tremor. Namun di Merapi termor tidak selalu terjadi sebelum erupsi. Seiiring peningkatan tekanan dan desakan magma dari dalam maka tubuh gunungapi menggelembung dalam orde yang sangat kecil yang sering disebut deformasi. Perubahan deformasi dapat dipantau dengan berbagai teknik geodetik atau menggunakan tiltmeter dan ekstensometer. Pada proses menuju erupsi ini terjadi pula peningkatan emisis gas vulkanik misalnya SO2 ke permukaan. Gejala-gejala tersebut di atas dapat dipantau dengan berbagai macam metoda dan instrumentasi dan disebut sebagai gejala awal atau prekursor aktivitas Gunung Merapi.
Grafik prekursor erupsi khas Merapi berdasarkan data pemantauan 2006. Grafik ini menunjukkan bagaimana pola dari variasi parameter pemantauan yang muncul sebelum erupsi. Pola yang cukup jelas terliliat sampai munculnya kubah lava pertama kali (perlu diingat bahwa definisi erupsi secara vulkanologis adalah munculnya lava di permukaan). Penjelasan dan pola prekursor Merapi lebih rinci dapat dililiat pada buku prekursor Merapi.
Contoh lain prekursor Merapi sebelum erupsi 1997 dan 1998 berdasarkan data perbandingan antara seismisitas, GPS, tilt dan volume kubah dalam periode aktivitas 1996 sampai 1999. Angka romawi menunjukkan periode dimana aktivitas Merapi mempunyai karakteristik berbeda secara kegempaan dan deformasi. Periode I menunjukkan kenaikan nilai tilt dan volume kubah yang disertai dengan banyaknya kejadian gempa vulkanik, MP dan guguran. Periode II gempa MP menghilang samasekali tetapi guguran masih cukup banyak dan nilai tilt serta kubah tumbuh lebih cepat. Periode III diawali dengan naiknya jumlah gempa MP sebelum erupsi 1997 yang diikuti penurunan jumlah gempa MP dan Guguran. Periode IV relatif tenang di permukaan yang ditunjukkan oleh jumlah gempa MP dan guguran yang sedikit tapi di dalam gejolak cukup tinggi yang ditunjukkan oleh banyaknya kejadian gempa vulkanik. Periode V seperti mengulangi periode kejadian sebelum erupsi 1997 yaitu naiknya jumlah MP sebelum erupsi yang dikuti oleh anjloknya volume kubah. Periode VI pada awal 1999 ditunjukkan oleh stabilnya volume kubah dan sedikitnya gempa namun periode ini hanya bertahan kurang dari 2 tahun sebelum erupsi kembali terjadi pada 2001. Data GPS menunjukkan titik NTR0 yang terletak di puncak mempunyai magnitude perpindahan terbesar yang mengindikasikan bahwa titik ini terletak pada zone yang lemah.